TUGAS makalah
perbandingan
pendidikan
“Perbandingan Strategi
& Macam – macam Pola Perkembangan Kurikulum”
Disusun
Oleh:
Darina
Nurhayati
Nena Nurjana
PAI B.
KELAS MALAM
SEMESTER
IV
Dosen :
Drs. M. Iqbal, M.Ag
( STAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM
MIFTAHUL ‘ULUM
TANJUNGPINANG
T.A. 2014 / 2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan hidayahNya kepada kita semua
sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah pada Nabi
Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas makalah yang
diberi judul “Perbandingan Strategi & Macam –
macam Pola Perkembangan Kurikulum”
ini ialah suatu karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja penulis dimana
tugas ini merupakan syarat dari aspek penilaian mata kuliah Perbandingan Pendidikan.
Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan, terutama
disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi dan sumber yang penulis dapatkan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua ,
amin.
Tanjungpinang,
Maret 2015
Penyusun,
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang……………………………………………………………... 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………………… 1
C. Tujuan
Penulisan ………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengembangan
Kurikulum ………………… . …………………………… 3
B. Strategi Kurikulum………….……………...……………………………..... 4
C. Pola dalam Kurikulum ……………………………………………………. 6
D. Sistem Perbandingan Strategi & Pola
Perkembangan Kurikulum ………… 8
1.
Kurikulum KBK ………………………………………………………… 8
2.
Kurikulum KTSP ………………………………………………………... 16
E. Analisis SWOT …………………………………………………………….. 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
………………………………………………………………... 22
B. Saran
……………………………………………………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perjalanan sejarah bangsa telah mencatat bahwa perubahan
pergantian kurikulum pendidikan yang semestinya mengantarkan bangsa dan rakyat
Indonesia untuk eksis dalam perkembangan global ternyata justru terbalik dengan
kenyataan yang ada. Negeri ini malah lebih terpuruk dan tertinggal dengan
bangsa-bangsa lain.
Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil
pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus
dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil
pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah
peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan kurikulum
perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang
masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
senantiasa cenderung berubah.
Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi
pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja,
atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila
mencakup perubahan semua komponen kurikulum.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang diatas dapatlah diambil beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai
berikut ;
1.
Apa perkembangan
Kurikulum ?
2.
Bagaimana
strategi dari kurikulum ?
3.
Bagaimana
pola dalam kurikulum ?
4.
Apa
saja system perbandingan pola dan perkembangan kurikulum ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun yang
menjadi tujuan penulisan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1.
Menjelaskan
Apa yang di maksud dengan perkembangan Kurikulum
2.
Menjelaskan
Bagaimana strategi dari kurikulum
3.
Menjelaskan
Bagaimana pola dalam kurikulum
4.
Menjelaskan
perbandingan system perbandingan pola dan perkembangan kurikulum
5.
Melakukan
Analisis SWOT dari materi yang diuraikan.
6.
Menambah
pengetahuan dan pemahaman penyusun tentang materi yang dipaparkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode
jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Undang-undang No. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dari pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Pasal
1). Demikian pula bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional kurikulum
disusun, dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional. Perkembangan
IPTEK, serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan (Pasal 37).
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan
falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak
akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut
sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu
mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan
teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab
pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
B. Strategi
Kurikulum
Strategi Pengembangan Kurikulum
Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu:
1. merumuskan tujuan pembelajaran
(instructional objective).
Rumusan tujuan belajar merupakan tahap yang pertama yang harus diperhatikan
dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of
student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap
kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi
(SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen
melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi
pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau
kompetensi dasar (KD).
2. Menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (
selection of learning experiences).
Merumuskan dan Menyeleksi
Pengalaman-Pengalaman Belajar ( selection of learning experiences) Dalam
merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan
kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi
belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi
yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami
siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek
belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan
adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam
merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan
psikologi belajar. Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar.
Kelima prinsip tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan
oleh tujuan yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga
siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang
diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam
pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat),
keempat, pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan
memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
3. Mengorganisasi pengalaman-pegalaman
belajar (organization of learning experiences).
Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization
of learning experiences) Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk
memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak
lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep,
pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat.
4. Mengevaluasi (evaluating).
Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum Langkah terakhir dalam
pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan
memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam
pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan
, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan
keputusan. Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipe-tipe
evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset
adalah aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana
kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi
sumatif (outcome atau produk).
C.
Pola dalam Kurikulum
Pola kurikulum yang akan
dikembangkan. Pola yang dimaksud akan menentukan komponen-komponen kurikulum
yang diperlukan, bagaimana komponen itu dikembangkan dan hubungan antara satu
komponen dengan komponen yang lainnya. Berikutnya adalah tahap pengembangan.
Pada tahap ini kurikulum disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Kemudian dimplementasikan di lembaga-lembaga
pendidikan sesuai dengan pola Implementasi yang direncanakan. Kurikulum
sebagai sebuah sub-sistem pendidikan terdiri dari atas berbagai komponen yang
berhubungan satu sama lainnya. Hubungan antar komponen ini dirumuskan melalui sebuah proses desain. Tujuan desain adalah untuk
menentukan pola kurikulum yang efektif. Bila kita menengok sejarah pendidikan
kita, telah banyak perubahan kurikulum dilakukan dengan menggunakan pola-pola
yang berbeda. Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia adalah :
1.
Kurikulum berorientasi mata
pelajaran
2.
Kurikulum CBSA (Active Learning)
3.
Kurikulum berorientasi tujuan
(MULOK)
4.
Kurikulum berorientasi kompetensi
(KBK)
5.
Kurikulum berorientasi Independensi
lembaga pendidikan (KTSP
Kurikulum
sebagai jalan untuk mencapai tujuan pendidikan hendaknya mendapat perhatian
khusus bagi pemerhati dan pelaksana pendidikan. Pembentukan kurikulum yang baik
diharapkan mampu mengantar peserta didik pada tujuan pendidikan dengan baik
yang mencakup 3 aspek; kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan
perkembangan kurikulum di negeri ini (indonesia) memang masih selalu mengadakan
perbaikan seperti yang sudah mafhum bagi kita dari kurikulum 1994, KBK
(kurikulum berbasis kompetensi), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) hingga yang
terakhir yaitu KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
KTSP sebagai kurikulum yang masih digunakan
hingga saat ini memberi kelelauasan bagi pihak sekolah untk mengembangkan dan
memodivikasi sistem pembelajaran dalam sekolah. Namun di sampin itu semua,
tentu masih banyak plus minus yang disebabkan oleh kurikulum tersebut. beberapa
sekolah mampu dengan pesat melaju dengan kurikulum ini, namun sebagaian besar
sekolah juga terseok-seok memajukan sekolah karena beberapa hal yang berbeda.
Diantaranya disebabkan oleh; kwalitas kependidikan yang berbeda, perbedaan
ekonomi, minimya kuantitas murid, dll.
Dalam
mengelola kurikulum hendaknya memang tidak jauh dari konsep pengembangan mutu.
Dan hendaknya kurikulum selalu dikontrol dengan pola POAC (Planning,
Organizing, Acting, Controlling).
1. Planning (perencanaan). Peencanaan kurikulum pada umumnya sudah
dipersiapkan oleh sekolah di awal masa pembelajaran. Kurikulum disusun untuk
proses pembelajaran satu tahun kedepan dan selalu ada perbaikan perbaikan di
setiap tahun sehingga PBM (proses belajar mengajar) dapat dilakukan dengan
baik.
2. Organizing (pengorganisasian). Setelah kurikulum selesai
dibentuk, ada pembagian pembagian di setiap lini pendidikan dalam pengajaran,
ektrakurikuler, dan kegiatan sekolah lainnya.
3. Acting (pelaksanaan). Pelaksanaan kurikulum tersebut
dimaksimalkan di setiap bagian, dan seharusnya semua bekerja pada jalannya.
4. Controlling (kontrol/evaluasi). Setelah pelaksanaan kegiatan
(kurikulum) tersebut tidak dibiarkan begitu saja akan tetapi tetap dikontrol
dan dievaluasi.
Dengan
menjalankan pola-pola di atas maka seetidaknya menjalankan kurikulum terebut
lebih terarah dan tertata dengan baik .
D.
System perbandingan strategi dan pola perkembangan kurikulum.
Disini saya hanya menggunakan dua
objek sampel perbandingan yaitu :
1.
Kurikulum 2004
Harapan masyarakat terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia,
pada hakikatnya adalah adanya komunikasi dua arah yang memungkinkan kegiatan
belajar mengajar menjadi interaktif dan menyenangkan, baik bagi siswa maupun
bagi guru. Belajar menyenangkan itulah sebenarnya konsep pendidikan yang dapat
membawa peserta didik (siswa) untuk menguasai kompetensi akademik, kompetensi
sosial, dan kompetensi kepribadian. Harapan-harapan inilah yang seharusnya
diakomodasi di dalam penyusunan kurikulum.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang hanya berlaku sampai tahun 2006 di sekolah-sekolah pada dasarnya adalah
merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD) yang pernah
diperkenalkan oleh Boediono dan Ella (1999), yang memfokuskan pada wujud
pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. KBK merupakan perangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai
oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Berikut ini ciri-ciri
kurikulum 2004 (KBK) :
a) Sifat kurikulum Competency Based
Curriculum
b) Penyebutan SLTP menjadi SMP,
c) Penyebutan SMU menjadi SMA
d) Program pengajaran di SD disusun
dalam 7 mata pelajaran,
e) Program pengajaran di SMP disusun dalam
11 mata pelajaran
f) Program pengajaran di SMA disusun
dalam 17 mata pelajaran,
g) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas
II
h) Penjurusan dibagi atas 3 jurusan,
yaitu : Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa, dan
Berhubung kurikulum 2004 yang
memfokuskan aspek kompetensi siswa, maka prinsip pembelajaran adalah berpusat
pada siswa dan menggunakan pendekatan menyeluruh dan kemitraan, serta
mengutamakan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (contextual
teaching and learning atau CTL)
Dalam pelaksanaan kurikulum yang
memegang peranan penting adalah guru. Guru diibaratkan manusia dibalik senjata
kosong yang tidak berpeluru. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas guru untuk
mengisi senjata itu dan membidiknya dengan cermat dan tepat mengenai sasaran.
Keberhasilan kurikulum lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kompetensi
guru. Oleh karenanya, tidak berlebihan apabila dalam diskusi mengenai “Potret
Pendidikan di Indonesia dan Peran Guru Swasta”, J. Drost (2002) menegaskan
bahwa materi kurikulum, terutama untuk mata pelajaran dasar, di seluruh dunia
pada dasarnya sama. Yang membedakannya adalah cara guru mengajar di depan
kelas.
Inti dari KBK atau kurikulum 2004
adalah terletak pada empat aspek utama, yaitu :
1) Kurikulum dan hasil belajar
2) Pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah,
3) Kegiatan belajar mengajar, dan
4) Evaluasi dengan penilaian berbasis
kelas.
Kurikulum dan hasil belajar memuat
perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara
keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini
memuat kompetensi, hasil belajar dan indikator dari TK (Taman Kanak-kanak) dan
Raudhatul Athfal (RA) sampai dengan kelas XII (kelas III SMA). Penilaian
berbasis kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan
yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui
identifikasi kompetensi atau hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai, serta peta kemajuan belajar
siswa dan pelaporan. Kegiatan belajar mengajar memuat gagasan pokok tentang
pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, serta
gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak
mekanistik. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah memuat berbagai pola
pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu
hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan
kurikulum (curriculum council), pengembangan perangkat kurikulum, antara
lain silabus, pembinaan professional tenaga kependidikan, dan pengembangan
sistem informasi kurikulum.
Peran dan tanggung jawab dalam
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah diberikan kepada sekolah. Dinas
Pendidikan Kabupaten / Kota, Dinas Pendidikan Provinsi dan Tingkat Pusat. Peran
dan tanggung jawab sekolah untuk meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak
untuk mensosialisasikan konsep KBK, menetapkan tahap dan administrasi KBK,
menata ulang KBK penempatan guru pada kelas secara optimal, memberdayakan semua
sumber daya dan dana sekolah, termasuk dalam melibatkan Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah untuk pelaksanaan kurikulum secara bermutu (Puskur, Balitbang
Depdikbud, 2002)
KBK dikembangkan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Penekankan pada pencapaian
kompetensi siswa
2. Kurikulum dapat diperluas,
diperdalam dan disesuaikan dengan potensi siswa.
3. Berpusat pada siswa.
4. Berorientasi pada proses dan hasil.
5. Pendekatan dan metode yang digunakan
beragam dan bersifat kontekstual
6. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan (siswa dapat belajar dari apa saja)
7. Buku pelajaran bukan satu-satunya
sumber belajar.
8. Belajar sepanjang hayat dengan
bertumpu pada empat pilar pendidikan kesejagatan:
·
belajar mengetahui (learning how to know)
·
belajar melakukan (learning
how to do)
·
belajar menjadi diri
sendiri (learning how to be)
·
belajar hidup dalam
keberagaman (learning how to live together)
Pola dalam kurikulum KBK meliputi :
1.
Silabus
Silabus adalah bentuk operasionalisasi kompetensi dan
materi pembelajaran. Silabus merupakan pedoman bagi guru untuk
mengelola kegiatan pembelajaran
SiLabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, dan penilaian hasil
belajar
Kompetensi apa yang akan dikembangkan siswa?
Bagaimana
cara mengembangkannya?
Bagaimana cara mengetahui ketercapaian kompetensi
tersebut?
2. Standar
Kopetensi (SK)
Standar kompetensi adalah kemampuan yang dapat
dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata pelajaran; kompetensi dalam mata
pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa; kemampuan yang harus dimiliki
oleh lulusan dalam satu mata pelajaran. Secara singkat, standar kompetensi
adalah standar kemampuan yang harus dikuasai untuk menunjukkan bahwa hasil
belajar mata pelajaran tertentu yang berupa penguasaan pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap tertentu telah dicapai.
3. Kopetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar merupakan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai siswa untuk menunjukkan bahwa
siswa setelah menguasai standar kompetensi yang telah ditentukan. Dengan kata
lain KD adalah rincian lebih lanjut dari SK. Kompetensi Dasar SLTP maupun SMU
dapat dilihat pada buku Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dalam KBK SLTP,
kompetensi dasar itu terdiri dari beberap komponen: Tindak tutur, linguistik,
sosiokultural, strategi, wacana, dan sikap.
4.
Penentuan
Materi Pelajaran
Materi
pelajaran adalah pokok-pokok materi pelajaran yang harus sipelajari siswa
sebagai sarana pencapaian SK dan KD. Misalnya Tema mata pelajaran bahasa
Inggris SLTP kelas I semester I: Personal Identity dan topiknya adalah Introduction,
physical appearance, dst..; Tema mata pelajaran bahasa Inggris SMU kelas
semester I: Environment dan topiknya higienic house. Prinsip-prinsip yang perlu diterapkan dalam menentukan
materi pelajaran adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan antara standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam pelajaran bahasa Inggris prinsip itu
diikat oleh tema, yang dipilih berdasar prioritas kebutuhan siswa. Relevansi
berarti ada keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar. Konsistensi
berada keajegan antara materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kecukupan
berarti cakupan materi pelajaran yang diberikan cukup lengkap untuk menuju
tercapainya kemampuan yang telah ditentukan. Misalnya, konsep formalitas
berbahasa perlu dicakup dalam pelajaran Calling people by names with
different levels of politeness, disamping kosa kata, tata bahasa dan
pengucapan. Jadi utuk menentukan dan mengurutkan pelajaran, tentukan dahulu
jenis maupun cakupan atau ruang lingkup materi, setelah itu menetukan urutan
penyajiannyaya dalam silabus.
Materi pelajaran dapat diperoleh dari sumber bahan di
luar sekolah, yang sering disebut real- life/authentuc materials.
Sedangkan sumber bahan dapat juga diperoleh dari buku teks yang semata-mata
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan kebahasaan siswa ( non-authentic
materials) atau pedagogical authentic.
Sumber materi pelajaran bahasa Inggris dapat diperoleh
dari buku teks, majalah, koran, poster, rekaman siaran radio atau televisi, dan
juga internet.
5. Pengalaman Belajar
Pengalaman
belajar adalah berupa kegiatan yang perlu dilakukan atau dialami siswa untuk
mencapai penguasaan kompetensi atau materi pembelajaran. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam atau di luar
kelas. Misalnya untuk mencapai kompetensi menulis surat sederhana yang terdiri
dari tiga atau empat kalimat, siswa dapat diberi tugas menulis surat pembaca ( letters
to editor), dan sejenisnya yang otentik serta unik. Contoh lain siswa
diberi kegiatan di dalam kelas untuk menanyai kawan-kawan di kelasnya dalam
kegiatan berbicara: mendeskripsikan seseorang. Dua kegiatan
dengan ketrampilan yang berbeda bisa dibuat terpadu, misalnya dengan kegiatan
menulis terkandung dalam kompetensi dasar menulis surat sederhana yang
terdiri dari tiga atau empat kalimat, merupakan hasil yang diperoleh dalam
kegiatan berbicara di atas.
6.
Indikator
Pencapaian
Yang
dimaksud dengan indikator pencapaian yakni menjawab pertanyaan bagaimana kita dapat
mengetahui bahwa siswa sudah mencapai hasil pembelajarannya. Indikator ini dijadikan sebagai dasar penilaian terhadap
siswa dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator dapat
dilihat pada KBK.
Indikator dinyatakan dengan kata kerja operasional. Satu
kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau tiga indikator dan satu
indikator dapat dijabarkan menjadi dua atau tiga butir soal. Indikator
dinyatakan dengan kata kerja operasional. Contoh kata kerja operasional:
menghitung, mengidentifikasi, menafsirkan, membandingkan, membedakan,
merangkum, menyimpulkan, dan sejenisnya.
7.
Penentuan
Waktu
Alokasi
waktu disini adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah
ditentukan dalam silabus atau perencanaan pembelajaran. Dengan kata lain perlu dipertimbangkan dalam penentuan
waktu ialah tingkatan kesuakaran materi, luas cakupan materi, frekuensi, dan
tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
8. Sumber Acuan
Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, bahan pelajarn bisa merupakan authentuc materials, misalnya
di ambil dari koran, majalah, manual, resep, ataupun bahan yang dimabil dari
buku teks yang memang dimaksudkan materi pelajaran Bahasa Inggris. Disamping
itu, guru yang cukup kompeten dan kreatif selalu bisa membuat bahan pelajaran
untuk siswa-siswanya.
9. Sistem Penilaian Berbasis Kopetensi
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perlu disertai
dengan pengembangan penilaian berbasis kompetensi pula. Hal ini memgingat bahwa
penilaia merupakan faktor yang penting dalam proses mengajar.Hasil penilaian
dapat memberikan petunjuk kepada pihal-pihak terkait tentang keberhasilan
proses belajar mengajar atau seberapa jauh proses belajar mengajar telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karenaka dalam KBK tujuan proses belajar
diwujudkan dalam bentuk kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, diperlukan
suatu alat yang dapat mengungkap apakah siswa telah dapat menguasai kompetensi
dasar yang dimaksud dalam tujuan. Dalam KBK dikenal dengan sistem penilaian
berkelanjutan. Artinya sistem penilai berkelanjutan adalah sistem penilaian
yang didalamnya diujikan semua kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Tentu
saja hal ini bukan berarti bahwa semua kompetensi dasr diujikan dalam satu kali
ujian. Dapat saja misalnya seorang guru mengujikan beberapa kompetensi dasar di
dalam ulangan harian,s ementara pada ujian akhir dia mengujikan bebrapa kompetensi
dasar yang lain. Terdapat dua hal yang berhubungan dengan sistem
penilai berkelanjutan: Prinsip Dasar dan contoh kisi-kisi sistem penilaian yang
berkelanjutan. Prinsip Dasar: Prinsip dasar penilaian berkelanjutan adalah bahwa semua
indikator dibuatkan soalnya dan diujikan. Hasil ujian ini dianalisis untuyk
menetukan kompetensi dasar mana yang belum dikuasai oleh siswa. Melalui
kegiatan analisi ini seorang guru dapat menetukan langkah tepat sebagai tindak
lanjut dari kegiatan penilaian, berupa pemberian remedi atau pengayaan.
Strategi kurikulum KBK
Adapun strategi belajar mengajar kurikulum KBK adalah
sebagai berikut :
1.
Strategi penyampaian guru ke murid dalam KBK
GURU
|
MURID
|
Pengetahuan
ditransfer dari guru ke murid
|
Murid
secara aktif mengembangkan
pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajarinya
|
Mahasiswa
menerima pengetahuan secara pasif
|
Mahasiswa
secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan
|
Lebih
menekankan pada penguasaan materi
|
Tidak
hanya menekankan pada penguasaan
materi
tetapi juga dalam mengembangkan
karakter mahasiswa (life-long learning)
|
Biasanya
memanfaatkan media
|
Memanfaatkan banyak media (multimedia)
|
Fungsi
guru atau pengajar sebagai
pemberi
informasi utama dan evaluator
|
Fungsi
guru atau pengajar sebagai
pemberi informasi utama dan evaluator
|
2. Strategi Mengajar
Adapun
strategi yangf dilakukan dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan mitode diskusi
b. Menggunakan mitode Tanya jawab
c. Menggunakan mitode demostrasi
1.
Kurikulum
2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 atau yang dikenal
dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional pendidikan yang disusun danilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan yang berlaku dewasa ini di Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun
ajaran 2006/2007 yang menggantikan kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir
seiring dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan
kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya di Indonesia adalah terletak pada
sistem pengembangannya. Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara
terpusat (sentralistik), sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan
perbedaan daerah (desentralistik).
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan,
dan silabus. Secara substantive, pemberlakuan kurikulum 2006 merupakan
implementasi regulasi yang telah dikeluarkan yaitu PP no 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject
matter.
Dengan demikian, kurikulum 2006
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar
(learning out comes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan
hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Sebagai kurikulum operasional di
tingkat satuan pendidikan, KTSP memiliki peluang untuk dikembangkan oleh satuan
pendidikan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan Iptek
.
4. Relevan dengan kebutuhan masa kini
dan masa datang.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional
dan daerah.
Pada hakikatnya
KTSP merupakan kelanjutan dari kurikulum 2004. Sebab tidak banyak perubahan berarti yang dilakukan. Yang
tampak jelas berubah adalah penentuan mata pelajaran masing-masing bidang studi
dengan penjabaran aspek-aspeknya. Persoalan baru itulah yang dirasakan oleh
guru menjadi beban berat. Belum lagi soal kerepotan dan kerumitan nilai dalam
proses evaluasi belajarnya.
Dengan dasar Permendiknas Nomor 22,
23 dan 24 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta
peraturan pelaksanaannya, maka kurikulum 2006 diberlakukan untuk menyempurnakan
kurikulum sebelumnya yang baru berusia dua tahun.
Dalam pelaksanaannya kurikulum
terbaru tersebut mengalami berbagai kendala. Terutama persoalan minimnya
sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan terutama
sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum
sendiri. Namun oleh Depdiknas persoalan itu diantisipasi dengan diluncurkannya
panduan KTSP yang disusun oleh BSNP. Kenyataannya sampai saat ini kurikulum
2006 itu terkesan masih dijalankan dengan setengah hati karena berbagai
kebijakan dan landasan yuridisnya belum dipenuhi secara konsekuen oleh
pemerintah.
Perbedaan mendasar yang terdapat
dalam kurikulum 2006 dibandingkan kurikulum sebelumnya adalah kurikulum 2006
bersifat desentralistik artinya sekolah diberi kewenangan secara penuh untuk
menyusun rencana pendidikan dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan
(SI dan SKL) mulai dari tujuan, visi dan misi, struktur dan muatan kurikulum,
beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya. Namun,
kewenangan dan kebebasan sekolah tersebut dalam penyelenggaraan program
pendidikannya tetap harus disesuaikan dengan
(1) Kondisi lingkungan sekolah
(2) kemampuan peserta didik
(3) sumber belajar yang tersedia, dan
(4) kekhasan daerah.
Dalam pelaksanaannya, orang tua dan
masyarakat dapat berperan dan terlibat secara aktif sebagai mitra sekolah dalam
mengembangkan program pendidikannya. Dengan
tersusunnya pola-pola tersebut maka hal selanjutnya yang harus di lakukan oleh
pihak sekolah dalam pengembangan kurikulum ini adalah dengan menyusun
strategi-strategi. Dan strategi tersebut harus terintegrasi dengan dinas pendidikanmaupun
lembaga pendidikan yang di naungi oleh pemerintah. Adapun strategi-strategi
secra umum yang harus di lakukan dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai
berikut :
Menyusun
strategi dalam pengembangan kurikulum
·
merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective).
·
Menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection of
learning experiences).
·
mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of
learning experiences).
·
mengevaluasi (evaluating).
Perbandingannya adalah dalam
melakukan kpengembangan kurikulum tersebut hal utama yang harus dilakukan
adalah member perincian-perincian yang sesuai dengan pengembangan kurikulum
yang telah di tetapkan oleh dinas pendidikan dan sekolah-sekolah. Kemudian
sdalam tahap peruses pengembangan kurikulum harus melakukan strategi-straategi
bdasarkan pola-pola tersebut.
E.
Analisis SWOT
1.
Kekuatan
(strengths)
Dengan adanya pengembangan
kurikulum yang bedasarkan pola dan strategi yang di tentukan maka bobot
kualitas sekolah dan peserta didik itu lebih jelas terlihat. dari segi sekolah
dengan perkembangan kurikulum tersebut memiliki sitem akreditasi yang lebih
baik dan sekolah juga melahirkan peserta didik yang intelektuan potensi yang
baik, kereatif dan inovatif dalam menjalankan proses belajar mengajar. Dan juga
bisa Sekolah ingin maju dan berkembang guna menberikan
pelayanan terbaik kepada siswa dan masyarakat, Adanya budaya warga
sekolah untuk bermusyawarah dan bergotong royong dalam
menyelesaikan masalah sekolah.
2.
Kelemahaan
(Weaknesses)
Dalam menjalankan proses pengembangan kurikulum juga memiliki
tantangan-tantangan yang secara tidak langsung menjadi kelemahan namun mesti di
hadapi untuk mencapai tujuan yang di inginkan yaitu seperti:
a.
SDM
yang ahli dalam bidangnya untuk melakukan pengembangan kurikulum tersebut .
b.
Perlunya
waktu yang panjang untuk mensosialisasikan kurikulum yang di kembangkan.
c.
Atara
siswa dan guru harus beradaftasi dengan kurikulum tersebut
d.
Lingkungan yang buruk yang
mempengaruhi perserta didik sehingga kurangnya minat masyarakat tentang
kognetif
e.
Kebiasaan
kepemimpinan kepala sekolah untuk mengambil keputuisan di bawah satu
suara tanpa melibatkan partisipasi bawahannya.
3.
Peluang
(Opportunities)
Dengan seiring perkembangan zaman kemajuan ilmu pengatahuan saat
ini terus meningkat dan semakin baik, persaingan terus terjadi dari segala
bidang, terutama di bidang teknologi yang selalu membuka peluang kepada siapa
saja untuk lebih mudah dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahuan, tak
terkecuali pendidik dan peserta didik. Begitu juga dengan kurikulum yang selalu
di evaluasi tentang tingkat keberhasilanya yang kemudian disesuaikan dengan
proses kemajuan pendidikan yang terus berkembang, seperti :
a.
Kurikulum diberikan kepada peserta didik dalam
satu periode jenjang pendidikan.
b.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
c.
Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana
dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang
digunakan oleh bangsa tersebut sekarang
d. Kurikulum harus dapat mengantisipasi
perubahan, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk
mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
4.
Acaman
(Threats)
Adapun ancaman dalam menjalankan pengembangan kurikulum ini adalah
sebagai berikut :
a.
Tidak adanya
dukungan politik dan financial dari pemerintah dan penerapan
b.
Lemahnya
kekuatan dari warga masyarakat untuk mendorong reformasi model ini
c.
Kurangnya
inisiatif warga sekolah untuk mengembangkan sekolahnyan
d.
Pengeluaran dana akan lebih besar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap
kurikulum mempunyai tujuan yang baik untuk memajukan pendidikan. Akan tetapi
dari sisi sistem dan proses pelaksanannya di lapangan masih terdapat kelemahan
– kelemahan yang perlu di perbaiki. kelemahan tersebut disebabkan oleh banyak
factor baik internal maupun eksternal, sehingga dari kelemahan ini di
cetuskanlah kurikulum yang baru yang merupakan evalusi dari kurikulum sebelumnya.
Jika
kita lihat sejarah kurikulum yang telah di terapkan di indonesia hingga saat
ini cukup menarik perhatian. Dengan proses pendidikan yang terus berjalan
kurikulum pendidikan di Indonesiapun terus mengalami perubahan dengan bermacam
– macam nama yang cukup membingungkan, padahal tujuannya dengan kurikulum yang
lama tidak jauh berbeda, yaitu sama – sama untuk mencapai tujuan pendidikan
lebih baik.
B.
Saran
Kurikulum
adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan, jika kurikulum yang diterapkan
masih menuai pro dan kontra itu artinya kurikulum tersebut masih perlu
dipertanyakan tentang tingkat keberhasilanya. Saran kami dari penyusun hendaknya
kematangan dari kurikulum yang akan diterapkan tersebut perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu. Jika benar – benar telah teruji dan yakin dapat mendongkrak
keberhasilan pendidikan barulah diterapkan, jadi dengan demikian kurikulum yang
digunakan tidak terkesan sebagai kurikulum uji coba yang pada akhirnya menjadi
beban dan membingungkan dalam proses pelaksanaanya, terutama bagi pendidik dan
peserta didik yang mengalami secara lansung dari penerapan kurikulum te
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional,2007, Kurikulum 2006
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, Jakarta
Direktorat akademik dan direktorat jendral pendidikan
tinggi, 2008, buku panduan pengembangan KBK, jakarta
Mulyasa, 2009, Kurikulum Yang Disempurnakan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
http://PERBEDAAN-SECARA-SIGNIFIKAN-KURIKULUM-2004-KBK-KURIKULUM-2006-KTSP.html
di akses tanggal 29 september 2013
http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-ktsp
memang berbeda-secara-signifikan/ di akses tanggal 29 september 2013
http://wordpress.com/2008/04/29/apl
ikasi-kbk-dan-ktsp-sma/http://wordpress.com/2008/04/29/apl
ikasi-kbk-dan-ktsp-sma/ di akses tanggal 30 september 2013
Best casino to play slots - Dr.MCD
BalasHapusBest casino to play slots. Slots. 동해 출장샵 When it comes 군포 출장안마 to the amount of coins 제주도 출장안마 and the amount you get when you play 안산 출장샵 a slot, 하남 출장샵 it's easy to forget about the
Betway Casino – Welcome Bonus of 200 Free Spins
BalasHapusBetway is one of the best names poormansguidetocasinogambling when novcasino it comes to online wooricasinos.info casino in the world. Their ventureberg.com/ games are varied, generous, and generous with